Abdul Hakim
Fakultas Keguruan dan
Ilmu Kependidikan, Universitas Mulawarman, Samarinda
2013
Abstrak
Kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi telah mendorong para tenaga kependidikan untuk mengembangkan
pembelajaranya yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Mata kuliah
termodinamika materinya banyak mengandung konsep-konsep abstak dan matematis. Berbagai
aplikasi teknologi yang menarik dan interaktif untuk meningkatkan pembelajaran.
Sebagai konsekuensinya, para tenaga pendidikan harus belajar mengembangkan
pembelajarannya dengan berbasis teknologi. Artikel ini memberikan analisis
terkait pengintegrasian ICT dalam pembelajaran.
Kata Kunci: Termodinamika,
Pemahaman Konsep, ICT.
Pendahuluan
Termodinamika merupakan salah satu mata kuliah keilmuan dan
keterampilan di prodi pendidikan fisika FKIP. Kompetensi yang diharapkan
setelah mengikuti perkuliahan termodinamika adalah mahasiswa mempunyai wawasan
yang luas pada konsep–konsep, materi-materi termodinamika, dan dapat
mengaplikasikan dalam proses pembelajaran sesuai dengan kurikulum. Hal ini
mengisyaratkan bahwa setelah mengikuti perkuliahan termodinamika mahasiswa
calon guru tidak sekedar hafal rumus dan konsep-konsep tetapi mereka diharapkan
memahami konsep serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Berbagai apalikasi termodinamika sering kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari diantaranya saat kita mengendarai mobil, menyalakan
pendingin ruangan, atau memakai alat-alat elektronik, kita memanfaatkan
aplikasi praktis dari termodinamika, suatu ilmu yang menjelaskan hubungan
antara panas, kerja mekanik, dan aspek-aspek lain dari energi dan perpindahan
energi.
Berdasarkan studi awal di program studi pendidikan fisika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di salah satu perguruan tinggi negeri di
Kalimantan Timur yang terdiri dari seorang dosen dan 29 orang mahasiswa
didapatkan bahwa dosen dalam pembelajaran termodinamika metode yang digunakan
umumnya masih berpusat pada dosen, menekankan pada pendekatan matematika dan
menyampaikan materi sebanyak-banyaknya kemudian mengerjakan soal-soal sehingga
mahasiswa kurang dilibatkan dalam proses pengkonstruksian suatu konsep dalam
pikirannya. Sebanyak 29 mahasiswa menyatakan membutuhkan perangkat perkuliahan
yang dapat memfasilitasi mereka untuk memahami konsep-konsep abstrak.
Termodinamika merupakan matakuliah yang materinya bersifat
matematis, banyak rumus, banyak mengandung konsep-konsep abstrak, berdasarkan
prinsip, menyatakan proses, kompleksitas yang cukup tinggi. Hal-hal tersebut
menyebabkan mahasiswa sulit memahami materinya. Tingkat kelulusan mahasiswa
yang rendah di bawah 70 persen. Selain itu konsep-konsep dalam termodinamika
saling terkait dengan yang lainnya, sehingga bila dosen kurang kreatif dalam
mengelola materi subjek, maka dapat menghambat mahasiswa mengembangkan
kreativitasnya dan menghambat memahami konsep-konsep berikutnya.
Mahasiswa program studi pendidikan fisika FKIP merupakan
calon guru mata pelajaran fisika yang tidak menutup kemungkinan akan
mengajarkan materi termodinamika di tingkat SMA/MA, standar kompetensi yang
berbunyi menerapkan konsep dan prisip kalor, konservasi energi, dan sumber
energi dengan berbagai perubahannya dalam mesin kalor (kurikulum SMA/MA, 2006).
Materi termodinamika mencakup konsep-konsep abstrak, matematis, dan
kompleksitas yang cukup tinggi yang sulit dijelaskan tanpa melalui media atau
eksperimen dan prasarana laboratorium tidak mendukung untuk melakukan
eksperimen serta kemampuan guru mendesain pembelajaran terbatas terutama
melakukan anilisis materi subjek sesuai tuntutan kurikulum, menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran, menentukan media serta sistem evaluasinya. Oleh
karena itu tidak mengherankan jika capaian hasil belajar fisika umumnya dari
waktu ke waktu rendah. Salah satu alternatif untuk mengatasi kendala tersebut
adalah guru harus memiliki kreativitas untuk menghasilkan karya-karya yang
inovatif seperti mendisain materi ajar, merancang dan mengoperasikan media
pembelajaran serta membuat evaluasi secara komprehensip.
Bertolak dari kenyataan tersebut, perlu upaya perbaikan
perkuliahan termodinamika, upaya yang dilakukan perlu adanya kehadiran media
pembelajaran. Salah satu media pembelajaran yang menyediakan kesempatan
mahasiswa untuk mempelajari materi tersebut setiap saat, dapat diulang-ulang
sendiri oleh mahasiswa dan membiasakan diri menuangkan ide-ide kreatifnya
adalah media komputer.Dengan mengemas materi subjek yang akan disajikan dalam
bentuk multimedia interaktif dapat membantu mahasiswa calon guru memahami
konsep-konsep abstrak.
Hal ini didukung berbagai hasil penelitian berkaitan dengan
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran fisika
kaitannya dengan peningkatan kreativitas diantaranya: Bossomer, dkk (2005)
dengan menggunakan media komputer dalam pengajaran di kelas dapat mempercepat
kreativitas siswa dan merupakan sumber kretivitas di kelas. Northcott, dkk
(2007) penerapan ICT dalam pembelajaran secara efektif dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif. Hamlen, K (2009) terdapat hubungan secara
signifikan antara media komputer, video, dan permainan game terhadap kemampuan
kreativitas siswa. Price, S., dkk (2009) penerapan teknologi dalam pembelajaran
dapat memberi implikasi terhadap pengembangan pengetahuan baru, kreativitas,
dan kemampuan komunikasi yang baik.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses
pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada
lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke
penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke
“on line” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, (5)
dari waktu siklus ke waktu nyata. Komunikasi sebagai media
pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon,
komputer, internet, e-mail, dan sebagainya. Interaksi antara guru
dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga
dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut (Rosenberg, 2001). Bagi guru hal ini merupakan
sebuah tuntutan sekaligus peluang untuk dapat mengembangkan suatu model
pembelajaran baru, yaitu model pembelajaran dengan memanfaatkan media teknologi
informasi dan komunikasi (Hoban dan Ferry, 2006). Menurut teori-teori
Gestalt-field (Dahar, 1996), belajar merupakan sesuatu proses perolehan atau
perubahan terhadap pengertian-pengertian yang mendalam (insight), pandangan-pandangan, harapan-harapan, atau pola-pola
berpikir. Dalam proses perolehan atau
perubahan terhadap pengertian-pengertian yang mendalam diperlukan suatu alat
pendidikan ataupun media pembelajaran. TIK yang semulanya sebagai alat bantu,
dalam perkembangannya memiliki peran lebih dari itu. Untuk itu, cara belajar
siswapun mengalami perubahan. Berbagai
model pembelajaran yang ada dapat dipadukan dengan TIK. Intinya reposisi
pembelajaran di sekolah perlu dilakukan secara bijak (Sutrisno, 2012).
Beberapa
penelitian lain tentang pemanfaatan
teknologi informasi dan implikasinya dalam pembelajaran fisika diantaranya: 1) Xiufeng Liu (2006) telah melakukan penelitian yang hasilnya menyatakan bahwa
konsep-konsep yang bersifat abstrak seperti hukum-hukum gas lebih mudah
dipahami ketika multimedia di kombinasikan dengan laboratorium langsung,
2) Peter Junglas (2006) penggunaan program simulasi pada pembelajaran
termodinamika mendapat tanggapan positif dan hasil belajar siswa meningkat. Ake
Ingerman, dkk (2007) penggunaan simulasi dalam pembelajaran dapat mengembangkan
kreatifitas dalam penyelidikan fisika.
Carla Morais & Joao Paiva (2007) pembelajaran dengan simulasi memudahkan
siswa memahami konten fisika dan kimia lebih lengkap dan memunculkan tanggapan
positif dari siswa. S. B. McKagan, dkk (2008) simulasi Phet membantu mahasiswa
memahami konsep-konsep abstrak pada materi mekanika kuantum dan mahasiswa
memberi tanggapan positif mengenai kegunaan simulasi. Getachew Tarekegn (2009) terdapat
perbedaan yang signifikan pemahaman konsep antara kelompok Real Equipment Laboratory(REL)&Simulation Teacher-Centered(STC), dan REL &Simulation Student-Centered (SSC) tetapi tidak ada perbedaan
anatar Simulation Teacher-Centered
(STC) &Simulation Student-Centered (SSC). Jeng-Fung Hung & Jen-Chin (2009)
simulasi yang dikembangkan secara signifikan dapat membantu siswa dalam memahami
konsep fisika. Noah S. Podolefsky, dkk (2010) pembelajaran
dengan menggunakan simulasi dapat mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam
melakukan penyelidikan, membuat hubungan antara refresentasi, dan analogi untuk
memahami ide-ide ilmiah. Tomi Jaakkola (2011) pemahaman siswa tentang konsep
listrik yang diajar dengan menggunakan simulasi yang diparalelkan dengan
rangkaian nyata lebih baik daripada yang hanya diajar dengan menggunakan
simulasi. Guadalupe Martines, dkk (2011) terdapat perbedaan hasil belajar yang
signifikan antara mahasiswa yang diajar dengan pembelajaran simulasi virtual
hyper-realistic dengan yang ajar simulasi schematic tradisional dan yang diajar
dengan laboratorium tradisional. Mustafa BAKAC, dkk (2011) terdapat perbedaan
yang signifikan tingkat keberhasilan antara siswa yang diajar dengan simulasi
komputer dengan siswa yang diajar dengan metode konvensional.
Berdasarkan
beberapa hasil penelitian di atas tampak bahwa penelitian dengan pemanfaatan
teknologi informasi dan kominikasi dalam bidang termodinamika masih kurang
khususnya berkaitan dengan peningkatan pemahaman konsep. Oleh karena itu
dipandang perlu dilakukan pengembangan ICT yang dapat mengembangkan pemahaman
konsep mahasiswa calon guru pada perkuliahan termodinamika. Namun, sebelum dilakukang pengembangan ICT dalam
pembelajaran termodinamikaharusmempertimbangkan langkah-langkah pengintegrasian
ICT dalam Pembelajaran.
ICT dalam Pembelajaran
Keterkaitan TIK dalam pembelajarn yang semulanya sebagai alat
bantu bertambah perannya sebagai sumber belajar (learning resources).
Alat bantu Pembelajaran
Dalam konteks pembelajaran di sekolah selalu akan terkait
dua pihak utama yaitu siswa dan guru. Yang diharapkan terjadi diantara keduanya
adalah interaksi pedagogis yang intensif dan transaksional. Baik guru maupun
siswa memiliki peran untuk saling memberikan informasi (knowledge sharring). Siswa tidak dipandang sebagai individu yang
pasif namun aktif sebagai pembelajar. Untuk terjadinya interaksi inilah
dibutuhkan alat (tools) yang berbasis
ICT. Secara umum ada 3 fungsi ICT dalam pembelajaran ini, yaitu : 1) Sebagai
alat bantu guru, 2) Sebagai alat bantu interaksi siswa dan guru, 3) Sebagai
alat bantu siswa.
Sebagai alat bantu
guru, beberapa contoh aplikasi diantaranya : (1) alat evaluasi siswa (student evaluation system), (2), Sumber
refreni bahan ajar (Knowledge reference),
(3) Evaluasi kinerja siswa (student
evaluation performance), (4) simulasi kasus (case simulation system), (5) Multimedia pembelajaran (multimedia instructionl system), (6)
animasi peristiwa (event animation),
(7) komunikasi antar guru (inter teacher
communication).
Sebagai alat bantu interaksi
siswa dan guru. Dalam hal ini ICT dapat berperan sebagai alat untuk
mengefektifkan dan meningkatkan kadar interaksi antara siswa dan guru. Selain
interaksi lagsung (direct interaction),
juga interaksi maya (virtual interaction).
Interaksi maya memiliki kelebihan karena dapat terjadi dimana saja dan kapan
saja “any time any where” dapat
mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, internet adalah media yang cocok untuk
tujuan tersebut. Contoh aplikasi ICT sebagai alt bantu interaksi diantaranya :
(1) komunikasi guru siswa (teacher-student communication system), (2)
kolaborasi kelompok studi (workshop system), (3) manajemen kelas terpadu (integration cource system).
Sebagai alat bantu siswa. Peran
siswa yang utama adalah belajar “learning”,
belajar membutuhkan cukup banyak bahan dan alat, ICT memiliki peran yang
strategis untuk membantu masalah tersebut. Contoh aplikasi ICT sebagai alat
bantu bagi belajar siswa adalah; (1). Buku interaktif (interactive story book), (2) belajar mandiri (self learning system), (3) latihan soal (cources practising), (4) multimedia
untuk belajar, (5) simulasi pembelajaran (simulation
tools), (6) alat karya siswa (productivity
tools), (7) komunikasi antar siswa (intra
communiction tools)
Sebagai Sumber belajar
ICT sebagai sumber belajar dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu
pertama, sumber belajar yang dirancang atau secara sengaja dibuat untuk
pembelajaran disebut juga learning resources by design misalnya : buku, brosur,
ensiklopedia, film, video, tape, slide, film strip, dll, kedua sumber belajar
dimanfaatkan dan tidak secara sengaja dirancang untuk pembelajaran yang ada disekitar kita.Sumber belajar ini
disebut juga learning resources by utilization. Misalnya : alam sekitar, pasar,
toko, museum, tokoh masyarakat dan sebagainya. Semua sumber belajar baik yang
dirancang maupun yang tidak dirancang dapat diklasifikasikan yang meliputi :
orang, peralatan, teknik dan metode, dan lingkungan (Riyana, 2010).
Kerangka Pengembangan ICT
dalam Pembelajaran
Rekomendasi
menarik pada penelitian terkait untuk menguraikan masing-masing Tujuh Langkah,
dan proses yang terlibat jelas ditata untuk pembaca untuk dipertimbangkan.
Selain itu, studi kasus sekolah yang telah dilakukan setiap langkah menyoroti
pelajaran yang bisa dipelajari dari pengalaman tangan pertama mereka. Dengan
gagasan ini dalam pikiran, dan berdasarkan penelitian terbaru kami dan
literatur terbaik saat ini tersedia, kami mengusulkan sebuah model dari Tujuh
Langkah menuju keberhasilan penggunaan ICT dalam praktik pengajaran dan
pembelajaran.
Starting
Out With Theoretical Underpinnings
Proses
persiapan dimulai dengan peserta yang terlibat, termasuk manajemen, praktisi
dan personel pendukung. Menganalisis konteks lokal. Belajar terletak dan
mengetahui pandangan perwakilan dari semua organisasi merupakan salah satu
faktor kunci keberhasilan. Faktor-faktor lain kunci keberhasilan kegiatan lokal
didorong ditentukan oleh upaya kolaboratif yang dapat menyebabkan penguatan
masyarakat dari praktek.
Agreeing
Outcomes
Membangun lingkungan kerja agar terjadi perubahan. Semua pemain kunci yang terlibat. Pentingnya
melibatkan personil senior dalam proses ini adalah untuk memastikan bahwa
kebutuhan praktisi dipahami dengan baik dan infrastruktur yang tersedia untuk
mendukung upaya yang sedang berlangsung. Penyelarasan kegiatan terhubung
ketujuan dan praktik. Tingkat berkontribusi pada
fungsi operasional sekolah sebagai sebuah komunitas. Masyarakat embedding praktek dalam kehidupan
sehari-hari, secara luas diakui sebagai
strategi praktik terbaik untuk perubahan yang efektif dan abadi.
Identifying
Constraints
Kendala
untuk keberhasilan integrasi TIK terutama pada tingkat pribadi. Sementara tidak
menyangkal realitas kepentingan sistem dan sumber pendanaan eksternal ketika
diimplementasikan, ada kebutuhan untuk mengakui kompleksitas interaksi manusia
dalam tempat pembelajaran, yang meliputi sekolah, rumah dan tempat-tempat lain.
Konteks pembelajaran tak terbatas berinteraksi dengan keterbatasan dan keandalan
prasarana yang sudah ada. Memahami perspektif pengguna dan mengajak mereka
serius tanpa menghakimi adalah cara yang konstruktif untuk mengatasi kendala.
Kendala dapat beroperasi pada tingkat manajemen dan termasuk dukungan personel
dan sistem-tingkat kebijakan. Memahami kompleksitas pengajaran dan ruang
belajar adalah cara terbaik ke depan untuk suatu perubahan perlu dipertahankan.
Hambatan dan kendala dapat diatasi jika ada ketekunan dan niat bersama untuk
bekerja sama pada isu-isu untuk resolusi.
Action
Learning
Pengetahuan
berbasis perbaikan-misalnya, mendapat informasi dan merefleksikan pengalaman
dan sebelum pengetahuan merupakan dasar untuk memajukan setiap proyek melampaui
retorika. Kebutuhan untuk berhati-hati merancang periode proyek membutuhkan
posisi filosofis yang perlu tindak lanjut. Kegiatan belajar menyediakan proses
dan memungkinkan tim atau kelompok praktisi untuk memantau kegiatan mereka
dengan cara terstruktur yang juga memfasilitasi refleksi berkelanjutan.
Kebutuhan harus siap untuk mengubah arah dapat hanya dikelola jika informasi
dasar yang dikumpulkan dari awal proyek. Langkah 4 adalah periode aktivitas
terbesar, dan periode di mana ada sebagian besar keuntungan.Langkah 4 dari
Tujuh Langkah adalah fase 'tindakan'.
Mengenali apa yang Anda sudah tahu dan menerapkan wawasan pengetahuan
itu adalah strategi yang direkomendasikan untuk tahu perubahan apa untuk memulai dan
memperkenalkan ke dalam pengajaran dan lingkungan belajar.
Professional
Learning For Embedding ICT
Belajar
profesional dalam konteks adalah yang paling bermanfaat bagi manfaat jangka
panjang dari sekolah, budaya dan pencapaian tujuannya. Gagasan bahwa belajar
profesional ini terkait dengan model
magang patut dipertimbangkan. Siklus belajar bergantung pada stimulus
berkelanjutan dengan rekan untuk lebih menginformasikan proses perubahan.
Kolaborasi dan tindakan adalah bagian dari proses reflektif yang terlibat dalam
belajar profesional.
Langkah
5 dalam proses menuju integrasi ICT dalam pengajaran dan pembelajaran
bergantung pada konteks embedding belajar
profesional yang diperoleh dalam pembelajaran tindakan sebelumnya yang terkait
dengan Langkah 4. Proses embedding bergantung
pada mencari hubungan yang kuat dengan praktik sehari-hari di lingkungan
sekolah dan kemajuan pemantauan secara teratur. Belajar profesional adalah
siklus refleksi berkelanjutan, perencanaan tindakan, kolaboratif dan evaluasi.
Sharing
Outcomes and Practices
Keyakinan
dimulai dari menjadi baik pada sesuatu. Studi kasus kami menggambarkan
kebijaksanaan nasihat ini. Pemimpin yang cerdas memiliki kemampuan untuk
atomise perubahan besar menjadi fragmen kecil yang cocok bagi staf untuk
memahami dan membuat pekerjaan. Setelah proses dimulai dan telah sukses, ada
rasa terus membutuhkan dan ingin bergabung dengan tim yang bisa menanamkan
budaya tertinggal dengan nuansa baru dari harapan dan energi untuk terlibat.
Langkah
6 dari proses mengintegrasikan TIK ke dalam praktek organisasi mencerminkan
kebutuhan kita semua harus muncul kemenangan, merasakan sukacita semata-mata
menyelesaikan sesuatu yang berharga dan mampu untuk berbagi dengan rekan kerja
dan lain-lain. Ini adalah waktu perayaan ketika rekan cukup benar mencari
penegasan dari sumber luar tentang mereka mencapai-KASIH. Ada rasa kebutuhan
untuk memvalidasi temuan dari umpan balik dari orang lain yang independen, yang
pada gilirannya dapat menegaskan arah.
Future
Projects and Transformative Potential
Perayaan
sementara adalah bentuk yang sehat menurunkan kepuasan pribadi dan
mengkonfirmasikan bahwa kegiatan kami dihargai oleh orang lain, kita menghadapi
masa depan tidak mungkin signifikansi jika kita tidak melihat ini set pertama
dari langkah-langkah sebagai permulaan. Efek spiral belajar profesional
berhubungan dengan belajar seumur hidup. Proses paling mendekati atau dalam
konteks tempat kerja berada. Kita hidup dan bekerja dalam pengaturan sosial.
Lingkungan pendidikan secara sosial dikontrol dan dibuat-buat. Bekerja sama
dengan orang-orang yang berbagi visi yang sama dari keunggulan akan bermanfaat
dan konstruktif. Ada banyak yang bisa diperoleh dari bergabung dengan
percakapan.
Yang
terakhir dari Tujuh Langkah menarik perhatian periode pembekalan saat refleksi
pada proses yang terlibat dalam enam langkah sebelumnya telah selesai. Pesannya
adalah bahwa perayaan sementara yang baik, tidak ada ruang untuk berpuas diri.
Spiral belajar perlu untuk melanjutkan. Namun, kali ini pembelajaran dapat
dibangun pada pengetahuan terletak dengan kesempatan yang lebih besar untuk
sukses. Masyarakat peserta didik adalah kelompok dinamis semua orang
didedikasikan untuk peningkatan kesempatan belajar bagi dunia masa depan.
Kesimpulan
Meskipun banyak hasil penelitian telah
menunjukkan pengaruh penggunaan dan pengintegrasian ICT dalam pembelajaran.
Namun, perlu penelitian lebih lanjut faktor-faktor apa yang berpengaruh dalam
pengintegrasian ICT dalam pembelajaran. Oleh karena itu perlu bagi tenaga
pendidikan untuk mempertimbangkan langkah-langkah pengintegrasian ICT dalam
pembelajarn yang diuraikan dalam tulisan ini.
Daftar Pustaka
Ake Ingerman, dkk. (2007). Learning
and the variation in focus among physics students when using a computer
simulation. NorDina
Journal. 1
Bloom, B.S. (1979). Taxonomy of Education Objectives, The
Classification of Educational Goals. Hand Book 1: Cognitive Domain. USA:
Longmann Inc.
Carla Morais & Joao Paiva. (2007). Digital
Simulation and experimental activities in Physics and Chemistry Pilot study on
the impact of the resource “Fusion and boiling points” with Level 7 pupil. Educational sciences journal · no. 3
· may/aug 07
Bossomaier, T. R. J., & Snyder, A. W. (2005). Complexity, Creativity and Computer.
Comlexity International Journal. (10).
Burke. (1998). Develoving and Using Conceptual
Computer Animation for Chemistry Intruction. Journal of Chemical Edication. 75
(12).
Creswell, J.W. (2008). Educational Research Planning, Conducting, and Evaluating
Quantitative and Qualitative Research. Third Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Dahar R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Getachew Tarekegn. (2009). Can
Computer Simulation Subsitute Real Laboratory Apparatus.Lat. Am.
Journal Phys. Edu. Vo. 3 No.3
Guadalupe Martines, dkk. (2011). Comparative
study of the effectivennes of three learning environment: Hyper-realistic
virtual simulation, traditional schematic simulation and traditional laboratory. The American Physical
Society-Physics Educ. Research. 7, 020111
Hakim, A. & Clemy.
(2012). Kedudukan ICT dalam Pembelajaran:
Makalah tidak diterbitkan
Hamalik, Oemar. (1986). Komputerisasi Pendidikan Nasional. Bandung:
Mandar Maju.
Hamlen, K. R. (2009).Relationship
Between Computer and Video Game Play and Creativity Among Upper Elementary
School Student. Journal of
Education Computing Research.
Ikhsan, Muhammad. (2006). Prinsip Pengembangan Media Pendidikan. [online]. Tersedia: http://www.teknologi
pendidikanUNJ.com [agustus 2009].
Jeng-Fung Hung & Jen-Chin. (2009). The
Development of the Simulation Modeling System and Modeling Ability Evaluation. Internasional
Journal of u-and e-Service, Science&Technology. Vol. 2 No.4
Lumsdaine Edward & Monika. (1995). Creative Problem Solving:
Thingking Skills for a Changing World. New York : McGraw-Hill Internasional
Editions
McKagan,
S.B; Perkins, M., Dubson, C., Malley, S., Reid, R., LeMaster., & Wiemna,
C.E. (2008). Developing andResearching
PhET Simulation for Teaching Quantum Mechanics. Physics Education
Technology Journal.
Meltzer, D. E. (2006).The Relationship
Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics. American Journal of Physics. 70 (7).
Munir.
(2001), Aplikasi Teknologi Multimedia
dalam Proses BelajarMengajar. Bandung: Mimbar Pendidikan Volume 3 Tahun XX.
Munandar, U
(2009). Pengembangan Kreativitas Anak
Berbakat.Jakarta: Rineka Cipta.
Mustafa
BAKAC, dkk. (2011). The Effect of Computer Assisted Intruction
with Simulation in Science and Physics Activities on the Success of Student:
Ellectric Current. Eurasian
Journal Phys. Chem. Edu. Jan (Special Issue):34-42, 2011
Noah S.
Podolefsky, dkk. (2010). Factor promoting engaged exploration with
computer simulation.The American Physical Society-Physics Educ.
Research. 6, 020117
Northcott, B., et all. (2009). ICT for Inspring Creative Thinking. Proceeding Ascilite Singapore.
Price, S.,
et all. (2009). Technology and embodiment: Relationship and implications for knowledge,
Creativity and Communication. Beyond Current Horizon. Technology Children School and
Famile. London Knowledge Lab.
Riyana, C. (2010). Teknologi Informasi Dan Komunikasi
(Ict) Dalam Pendidikan.
Makalah. Tidak diterbitkan.
Robertson,
M., et all. (2007). Seven Step to ICT
Integration. Australia: Acer Press
Ruseffendi (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit
IKIP BANDUNG PRESS
Sudjana.
(2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Tomi Jaakkola. (2011). Teacher
beliefs and their intention to use interactive simulations in their classroom. Journal of research in science
teaching. Vol. 48 No.1
Uyanto, S. S. 2009. Pedoman Analisis Data dengan Menggunakan SPSSEdisi ke Tiga.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Xiufeng Liu. (2006).Effects of Combined
Hands-on Laboratory and Computer Modeling on Student Learning of Gas Laws [online].
Journal of Science Education and Technology.
Ingin Mendownload klik disini http://jurnal.upi.edu/file/UAS-Artikel_Abdul_Hakim_1104512.docx.
Ingin Mendownload klik disini http://jurnal.upi.edu/file/UAS-Artikel_Abdul_Hakim_1104512.docx.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar