Minggu, 08 Maret 2015

Artikel 2 Pengembangan Pembelajaran Termodinamika Berbasis ICT



Pengembangan Pembelajaran Termodinamika Berbasis ICT

Abdul Hakim
Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan, Universitas Mulawarman, Samarinda
2013

Abstrak
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah mendorong para tenaga kependidikan untuk mengembangkan pembelajaranya yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Mata kuliah termodinamika materinya banyak mengandung konsep-konsep abstak dan matematis. Berbagai aplikasi teknologi yang menarik dan interaktif untuk meningkatkan pembelajaran. Sebagai konsekuensinya, para tenaga pendidikan harus belajar mengembangkan pembelajarannya dengan berbasis teknologi. Artikel ini memberikan analisis terkait pengintegrasian ICT dalam pembelajaran.

Kata Kunci: Termodinamika, Pemahaman Konsep, ICT.

Pendahuluan


Termodinamika merupakan salah satu mata kuliah keilmuan dan keterampilan di prodi pendidikan fisika FKIP. Kompetensi yang diharapkan setelah mengikuti perkuliahan termodinamika adalah mahasiswa mempunyai wawasan yang luas pada konsep–konsep, materi-materi termodinamika, dan dapat mengaplikasikan dalam proses pembelajaran sesuai dengan kurikulum. Hal ini mengisyaratkan bahwa setelah mengikuti perkuliahan termodinamika mahasiswa calon guru tidak sekedar hafal rumus dan konsep-konsep tetapi mereka diharapkan memahami konsep serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Berbagai apalikasi termodinamika sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari diantaranya saat kita mengendarai mobil, menyalakan pendingin ruangan, atau memakai alat-alat elektronik, kita memanfaatkan aplikasi praktis dari termodinamika, suatu ilmu yang menjelaskan hubungan antara panas, kerja mekanik, dan aspek-aspek lain dari energi dan perpindahan energi.
Berdasarkan studi awal di program studi pendidikan fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di salah satu perguruan tinggi negeri di Kalimantan Timur yang terdiri dari seorang dosen dan 29 orang mahasiswa didapatkan bahwa dosen dalam pembelajaran termodinamika metode yang digunakan umumnya masih berpusat pada dosen, menekankan pada pendekatan matematika dan menyampaikan materi sebanyak-banyaknya kemudian mengerjakan soal-soal sehingga mahasiswa kurang dilibatkan dalam proses pengkonstruksian suatu konsep dalam pikirannya. Sebanyak 29 mahasiswa menyatakan membutuhkan perangkat perkuliahan yang dapat memfasilitasi mereka untuk memahami konsep-konsep abstrak.
Termodinamika merupakan matakuliah yang materinya bersifat matematis, banyak rumus, banyak mengandung konsep-konsep abstrak, berdasarkan prinsip, menyatakan proses, kompleksitas yang cukup tinggi. Hal-hal tersebut menyebabkan mahasiswa sulit memahami materinya. Tingkat kelulusan mahasiswa yang rendah di bawah 70 persen. Selain itu konsep-konsep dalam termodinamika saling terkait dengan yang lainnya, sehingga bila dosen kurang kreatif dalam mengelola materi subjek, maka dapat menghambat mahasiswa mengembangkan kreativitasnya dan menghambat memahami konsep-konsep berikutnya.
Mahasiswa program studi pendidikan fisika FKIP merupakan calon guru mata pelajaran fisika yang tidak menutup kemungkinan akan mengajarkan materi termodinamika di tingkat SMA/MA, standar kompetensi yang berbunyi menerapkan konsep dan prisip kalor, konservasi energi, dan sumber energi dengan berbagai perubahannya dalam mesin kalor (kurikulum SMA/MA, 2006). Materi termodinamika mencakup konsep-konsep abstrak, matematis, dan kompleksitas yang cukup tinggi yang sulit dijelaskan tanpa melalui media atau eksperimen dan prasarana laboratorium tidak mendukung untuk melakukan eksperimen serta kemampuan guru mendesain pembelajaran terbatas terutama melakukan anilisis materi subjek sesuai tuntutan kurikulum, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, menentukan media serta sistem evaluasinya. Oleh karena itu tidak mengherankan jika capaian hasil belajar fisika umumnya dari waktu ke waktu rendah. Salah satu alternatif untuk mengatasi kendala tersebut adalah guru harus memiliki kreativitas untuk menghasilkan karya-karya yang inovatif seperti mendisain materi ajar, merancang dan mengoperasikan media pembelajaran serta membuat evaluasi secara komprehensip.
Bertolak dari kenyataan tersebut, perlu upaya perbaikan perkuliahan termodinamika, upaya yang dilakukan perlu adanya kehadiran media pembelajaran. Salah satu media pembelajaran yang menyediakan kesempatan mahasiswa untuk mempelajari materi tersebut setiap saat, dapat diulang-ulang sendiri oleh mahasiswa dan membiasakan diri menuangkan ide-ide kreatifnya adalah media komputer.Dengan mengemas materi subjek yang akan disajikan dalam bentuk multimedia interaktif dapat membantu mahasiswa calon guru memahami konsep-konsep abstrak.
Hal ini didukung berbagai hasil penelitian berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran fisika kaitannya dengan peningkatan kreativitas diantaranya: Bossomer, dkk (2005) dengan menggunakan media komputer dalam pengajaran di kelas dapat mempercepat kreativitas siswa dan merupakan sumber kretivitas di kelas. Northcott, dkk (2007) penerapan ICT dalam pembelajaran secara efektif dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Hamlen, K (2009) terdapat hubungan secara signifikan antara media komputer, video, dan permainan game terhadap kemampuan kreativitas siswa. Price, S., dkk (2009) penerapan teknologi dalam pembelajaran dapat memberi implikasi terhadap pengembangan pengetahuan baru, kreativitas, dan kemampuan komunikasi yang baik.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke “on line” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyataKomunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dan sebagainya. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut (Rosenberg, 2001). Bagi guru hal ini merupakan sebuah tuntutan sekaligus peluang untuk dapat mengembangkan suatu model pembelajaran baru, yaitu model pembelajaran dengan memanfaatkan media teknologi informasi dan komunikasi (Hoban dan Ferry, 2006). Menurut teori-teori Gestalt-field (Dahar, 1996), belajar merupakan sesuatu proses perolehan atau perubahan terhadap pengertian-pengertian yang mendalam (insight), pandangan-pandangan, harapan-harapan, atau pola-pola berpikir.  Dalam proses perolehan atau perubahan terhadap pengertian-pengertian yang mendalam diperlukan suatu alat pendidikan ataupun media pembelajaran. TIK yang semulanya sebagai alat bantu, dalam perkembangannya memiliki peran lebih dari itu. Untuk itu, cara belajar siswapun mengalami perubahan. Berbagai  model pembelajaran yang ada dapat dipadukan dengan TIK. Intinya reposisi pembelajaran di sekolah perlu dilakukan secara bijak (Sutrisno, 2012).
Beberapa penelitian lain tentang  pemanfaatan teknologi informasi dan implikasinya dalam pembelajaran fisika diantaranya: 1) Xiufeng Liu (2006) telah melakukan penelitian yang hasilnya menyatakan bahwa konsep-konsep yang bersifat abstrak seperti hukum-hukum gas lebih mudah dipahami ketika multimedia di kombinasikan dengan laboratorium langsung, 2) Peter Junglas (2006) penggunaan program simulasi pada pembelajaran termodinamika mendapat tanggapan positif dan hasil belajar siswa meningkat. Ake Ingerman, dkk (2007) penggunaan simulasi dalam pembelajaran dapat mengembangkan kreatifitas dalam  penyelidikan fisika. Carla Morais & Joao Paiva (2007) pembelajaran dengan simulasi memudahkan siswa memahami konten fisika dan kimia lebih lengkap dan memunculkan tanggapan positif dari siswa. S. B. McKagan, dkk (2008) simulasi Phet membantu mahasiswa memahami konsep-konsep abstrak pada materi mekanika kuantum dan mahasiswa memberi tanggapan positif mengenai kegunaan simulasi. Getachew Tarekegn (2009) terdapat perbedaan yang signifikan pemahaman konsep antara kelompok Real Equipment Laboratory(REL)&Simulation Teacher-Centered(STC), dan REL &Simulation Student-Centered (SSC) tetapi tidak ada perbedaan anatar Simulation Teacher-Centered (STC) &Simulation Student-Centered (SSC). Jeng-Fung Hung & Jen-Chin (2009) simulasi yang dikembangkan secara signifikan dapat membantu siswa dalam memahami konsep fisika. Noah S. Podolefsky, dkk (2010) pembelajaran dengan menggunakan simulasi dapat mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan penyelidikan, membuat hubungan antara refresentasi, dan analogi untuk memahami ide-ide ilmiah. Tomi Jaakkola (2011) pemahaman siswa tentang konsep listrik yang diajar dengan menggunakan simulasi yang diparalelkan dengan rangkaian nyata lebih baik daripada yang hanya diajar dengan menggunakan simulasi. Guadalupe Martines, dkk (2011) terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara mahasiswa yang diajar dengan pembelajaran simulasi virtual hyper-realistic dengan yang ajar simulasi schematic tradisional dan yang diajar dengan laboratorium tradisional. Mustafa BAKAC, dkk (2011) terdapat perbedaan yang signifikan tingkat keberhasilan antara siswa yang diajar dengan simulasi komputer dengan siswa yang diajar dengan metode konvensional.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas tampak bahwa penelitian dengan pemanfaatan teknologi informasi dan kominikasi dalam bidang termodinamika masih kurang khususnya berkaitan dengan peningkatan pemahaman konsep. Oleh karena itu dipandang perlu dilakukan pengembangan ICT yang dapat mengembangkan pemahaman konsep mahasiswa calon guru pada perkuliahan termodinamika. Namun, sebelum dilakukang pengembangan ICT dalam pembelajaran termodinamikaharusmempertimbangkan langkah-langkah pengintegrasian ICT dalam Pembelajaran.


ICT dalam Pembelajaran
Keterkaitan TIK dalam pembelajarn yang semulanya sebagai alat bantu bertambah perannya sebagai sumber belajar (learning resources).
Alat bantu Pembelajaran


Dalam konteks pembelajaran di sekolah selalu akan terkait dua pihak utama yaitu siswa dan guru. Yang diharapkan terjadi diantara keduanya adalah interaksi pedagogis yang intensif dan transaksional. Baik guru maupun siswa memiliki peran untuk saling memberikan informasi (knowledge sharring). Siswa tidak dipandang sebagai individu yang pasif namun aktif sebagai pembelajar. Untuk terjadinya interaksi inilah dibutuhkan alat (tools) yang berbasis ICT. Secara umum ada 3 fungsi ICT dalam pembelajaran ini, yaitu : 1) Sebagai alat bantu guru, 2) Sebagai alat bantu interaksi siswa dan guru, 3) Sebagai alat bantu siswa.
Sebagai alat bantu guru, beberapa contoh aplikasi diantaranya : (1) alat evaluasi siswa (student evaluation system), (2), Sumber refreni bahan ajar (Knowledge reference), (3) Evaluasi kinerja siswa (student evaluation performance), (4) simulasi kasus (case simulation system), (5) Multimedia pembelajaran (multimedia instructionl system), (6) animasi peristiwa (event animation), (7) komunikasi antar guru (inter teacher communication).
Sebagai alat bantu interaksi siswa dan guru. Dalam hal ini ICT dapat berperan sebagai alat untuk mengefektifkan dan meningkatkan kadar interaksi antara siswa dan guru. Selain interaksi lagsung (direct interaction), juga interaksi maya (virtual interaction). Interaksi maya memiliki kelebihan karena dapat terjadi dimana saja dan kapan saja “any time any where” dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, internet adalah media yang cocok untuk tujuan tersebut. Contoh aplikasi ICT sebagai alt bantu interaksi diantaranya : (1) komunikasi guru siswa (teacher-student communication system), (2) kolaborasi kelompok studi (workshop system), (3) manajemen kelas terpadu (integration cource system).
Sebagai alat bantu siswa. Peran siswa yang utama adalah belajar “learning”, belajar membutuhkan cukup banyak bahan dan alat, ICT memiliki peran yang strategis untuk membantu masalah tersebut. Contoh aplikasi ICT sebagai alat bantu bagi belajar siswa adalah; (1). Buku interaktif (interactive story book), (2) belajar mandiri (self learning system), (3) latihan soal (cources practising), (4) multimedia untuk belajar, (5) simulasi pembelajaran (simulation tools), (6) alat karya siswa (productivity tools), (7) komunikasi antar siswa (intra communiction tools)


Sebagai Sumber belajar


ICT sebagai sumber belajar dapat dibedakan  menjadi dua macam, yaitu pertama, sumber belajar yang dirancang atau secara sengaja dibuat untuk pembelajaran disebut juga learning resources by design misalnya : buku, brosur, ensiklopedia, film, video, tape, slide, film strip, dll, kedua sumber belajar dimanfaatkan dan tidak secara sengaja dirancang untuk pembelajaran  yang ada disekitar kita.Sumber belajar ini disebut juga learning resources by utilization. Misalnya : alam sekitar, pasar, toko, museum, tokoh masyarakat dan sebagainya. Semua sumber belajar baik yang dirancang maupun yang tidak dirancang dapat diklasifikasikan yang meliputi : orang, peralatan, teknik dan metode, dan lingkungan (Riyana, 2010).


Kerangka Pengembangan ICT dalam Pembelajaran


Rekomendasi menarik pada penelitian terkait untuk menguraikan masing-masing Tujuh Langkah, dan proses yang terlibat jelas ditata untuk pembaca untuk dipertimbangkan. Selain itu, studi kasus sekolah yang telah dilakukan setiap langkah menyoroti pelajaran yang bisa dipelajari dari pengalaman tangan pertama mereka. Dengan gagasan ini dalam pikiran, dan berdasarkan penelitian terbaru kami dan literatur terbaik saat ini tersedia, kami mengusulkan sebuah model dari Tujuh Langkah menuju keberhasilan penggunaan ICT dalam praktik pengajaran dan pembelajaran.



Starting Out With Theoretical Underpinnings


Proses persiapan dimulai dengan peserta yang terlibat, termasuk manajemen, praktisi dan personel pendukung. Menganalisis konteks lokal. Belajar terletak dan mengetahui pandangan perwakilan dari semua organisasi merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan. Faktor-faktor lain kunci keberhasilan kegiatan lokal didorong ditentukan oleh upaya kolaboratif yang dapat menyebabkan penguatan masyarakat dari praktek.


Agreeing Outcomes


Membangun lingkungan kerja agar terjadi perubahan. Semua pemain kunci yang terlibat. Pentingnya melibatkan personil senior dalam proses ini adalah untuk memastikan bahwa kebutuhan praktisi dipahami dengan baik dan infrastruktur yang tersedia untuk mendukung upaya yang sedang berlangsung. Penyelarasan kegiatan terhubung ketujuan dan praktik. Tingkat berkontribusi pada fungsi operasional sekolah sebagai sebuah komunitas. Masyarakat embedding praktek dalam kehidupan sehari-hari, secara luas diakui sebagai strategi praktik terbaik untuk perubahan yang efektif dan abadi.


Identifying Constraints


Kendala untuk keberhasilan integrasi TIK terutama pada tingkat pribadi. Sementara tidak menyangkal realitas kepentingan sistem dan sumber pendanaan eksternal ketika diimplementasikan, ada kebutuhan untuk mengakui kompleksitas interaksi manusia dalam tempat pembelajaran, yang meliputi sekolah, rumah dan tempat-tempat lain. Konteks pembelajaran tak terbatas berinteraksi dengan keterbatasan dan keandalan prasarana yang sudah ada. Memahami perspektif pengguna dan mengajak mereka serius tanpa menghakimi adalah cara yang konstruktif untuk mengatasi kendala. Kendala dapat beroperasi pada tingkat manajemen dan termasuk dukungan personel dan sistem-tingkat kebijakan. Memahami kompleksitas pengajaran dan ruang belajar adalah cara terbaik ke depan untuk suatu perubahan perlu dipertahankan. Hambatan dan kendala dapat diatasi jika ada ketekunan dan niat bersama untuk bekerja sama pada isu-isu untuk resolusi.


Action Learning


Pengetahuan berbasis perbaikan-misalnya, mendapat informasi dan merefleksikan pengalaman dan sebelum pengetahuan merupakan dasar untuk memajukan setiap proyek melampaui retorika. Kebutuhan untuk berhati-hati merancang periode proyek membutuhkan posisi filosofis yang perlu tindak lanjut. Kegiatan belajar menyediakan proses dan memungkinkan tim atau kelompok praktisi untuk memantau kegiatan mereka dengan cara terstruktur yang juga memfasilitasi refleksi berkelanjutan. Kebutuhan harus siap untuk mengubah arah dapat hanya dikelola jika informasi dasar yang dikumpulkan dari awal proyek. Langkah 4 adalah periode aktivitas terbesar, dan periode di mana ada sebagian besar keuntungan.Langkah 4 dari Tujuh Langkah adalah fase 'tindakan'.  Mengenali apa yang Anda sudah tahu dan menerapkan wawasan pengetahuan itu adalah strategi yang direkomendasikan untuk tahu  perubahan apa untuk memulai dan memperkenalkan ke dalam pengajaran dan lingkungan belajar.


Professional Learning For Embedding ICT


Belajar profesional dalam konteks adalah yang paling bermanfaat bagi manfaat jangka panjang dari sekolah, budaya dan pencapaian tujuannya. Gagasan bahwa belajar profesional  ini terkait dengan model magang patut dipertimbangkan. Siklus belajar bergantung pada stimulus berkelanjutan dengan rekan untuk lebih menginformasikan proses perubahan. Kolaborasi dan tindakan adalah bagian dari proses reflektif yang terlibat dalam belajar profesional.
Langkah 5 dalam proses menuju integrasi ICT dalam pengajaran dan pembelajaran bergantung pada konteks embedding belajar profesional yang diperoleh dalam pembelajaran tindakan sebelumnya yang terkait dengan Langkah 4. Proses embedding bergantung pada mencari hubungan yang kuat dengan praktik sehari-hari di lingkungan sekolah dan kemajuan pemantauan secara teratur. Belajar profesional adalah siklus refleksi berkelanjutan, perencanaan tindakan, kolaboratif dan evaluasi.


Sharing Outcomes and Practices


Keyakinan dimulai dari menjadi baik pada sesuatu. Studi kasus kami menggambarkan kebijaksanaan nasihat ini. Pemimpin yang cerdas memiliki kemampuan untuk atomise perubahan besar menjadi fragmen kecil yang cocok bagi staf untuk memahami dan membuat pekerjaan. Setelah proses dimulai dan telah sukses, ada rasa terus membutuhkan dan ingin bergabung dengan tim yang bisa menanamkan budaya tertinggal dengan nuansa baru dari harapan dan energi untuk terlibat.
Langkah 6 dari proses mengintegrasikan TIK ke dalam praktek organisasi mencerminkan kebutuhan kita semua harus muncul kemenangan, merasakan sukacita semata-mata menyelesaikan sesuatu yang berharga dan mampu untuk berbagi dengan rekan kerja dan lain-lain. Ini adalah waktu perayaan ketika rekan cukup benar mencari penegasan dari sumber luar tentang mereka mencapai-KASIH. Ada rasa kebutuhan untuk memvalidasi temuan dari umpan balik dari orang lain yang independen, yang pada gilirannya dapat menegaskan arah.


Future Projects and Transformative Potential
Perayaan sementara adalah bentuk yang sehat menurunkan kepuasan pribadi dan mengkonfirmasikan bahwa kegiatan kami dihargai oleh orang lain, kita menghadapi masa depan tidak mungkin signifikansi jika kita tidak melihat ini set pertama dari langkah-langkah sebagai permulaan. Efek spiral belajar profesional berhubungan dengan belajar seumur hidup. Proses paling mendekati atau dalam konteks tempat kerja berada. Kita hidup dan bekerja dalam pengaturan sosial. Lingkungan pendidikan secara sosial dikontrol dan dibuat-buat. Bekerja sama dengan orang-orang yang berbagi visi yang sama dari keunggulan akan bermanfaat dan konstruktif. Ada banyak yang bisa diperoleh dari bergabung dengan percakapan.
Yang terakhir dari Tujuh Langkah menarik perhatian periode pembekalan saat refleksi pada proses yang terlibat dalam enam langkah sebelumnya telah selesai. Pesannya adalah bahwa perayaan sementara yang baik, tidak ada ruang untuk berpuas diri. Spiral belajar perlu untuk melanjutkan. Namun, kali ini pembelajaran dapat dibangun pada pengetahuan terletak dengan kesempatan yang lebih besar untuk sukses. Masyarakat peserta didik adalah kelompok dinamis semua orang didedikasikan untuk peningkatan kesempatan belajar bagi dunia masa depan.


Kesimpulan


Meskipun banyak hasil penelitian telah menunjukkan pengaruh penggunaan dan pengintegrasian ICT dalam pembelajaran. Namun, perlu penelitian lebih lanjut faktor-faktor apa yang berpengaruh dalam pengintegrasian ICT dalam pembelajaran. Oleh karena itu perlu bagi tenaga pendidikan untuk mempertimbangkan langkah-langkah pengintegrasian ICT dalam pembelajarn yang diuraikan dalam tulisan ini.


Daftar Pustaka


Ake Ingerman, dkk. (2007). Learning and the variation in focus among physics students when using a computer simulation. NorDina Journal. 1
Bloom, B.S. (1979). Taxonomy of Education Objectives, The Classification of Educational Goals. Hand Book 1: Cognitive Domain. USA: Longmann Inc.
Carin, Arthur A., dan Robert B. Sund. (1980). Teaching Science through  Discovery. Columbus : Charles E. Merril Publishing Compani.

Carla Morais & Joao Paiva. (2007). Digital Simulation and experimental activities in Physics and Chemistry Pilot study on the impact of the resource “Fusion and boiling points” with Level 7 pupil. Educational sciences journal · no. 3 · may/aug 07

Bossomaier, T. R. J., & Snyder, A. W. (2005). Complexity, Creativity and Computer. Comlexity International Journal. (10).
Burke. (1998). Develoving and Using Conceptual Computer Animation for Chemistry Intruction. Journal of Chemical Edication. 75 (12).
Creswell, J.W. (2008). Educational Research Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Third Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Dahar  R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Getachew Tarekegn. (2009). Can Computer Simulation Subsitute Real Laboratory Apparatus.Lat. Am. Journal Phys. Edu. Vo. 3 No.3
Guadalupe Martines, dkk. (2011). Comparative study of the effectivennes of three learning environment: Hyper-realistic virtual simulation, traditional schematic simulation and traditional laboratory. The American Physical Society-Physics Educ. Research. 7, 020111
Hakim, A. & Clemy. (2012). Kedudukan ICT dalam Pembelajaran: Makalah tidak diterbitkan
Hamalik, Oemar. (1986). Komputerisasi Pendidikan Nasional. Bandung: Mandar Maju.
Hamlen, K. R. (2009).Relationship Between Computer and Video Game Play and Creativity Among Upper Elementary School Student. Journal of Education Computing Research.
Ikhsan, Muhammad. (2006). Prinsip Pengembangan Media Pendidikan. [online]. Tersedia: http://www.teknologi pendidikanUNJ.com [agustus 2009].
Jeng-Fung Hung & Jen-Chin. (2009). The Development of the Simulation Modeling System and Modeling Ability Evaluation. Internasional Journal of u-and e-Service, Science&Technology. Vol. 2 No.4
Lumsdaine Edward & Monika. (1995). Creative Problem Solving: Thingking Skills for a Changing World. New York : McGraw-Hill Internasional Editions
McKagan, S.B; Perkins, M., Dubson, C., Malley, S., Reid, R., LeMaster., & Wiemna, C.E. (2008). Developing andResearching PhET Simulation for Teaching Quantum Mechanics. Physics Education Technology  Journal.
Meltzer, D. E. (2006).The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics. American Journal of Physics. 70 (7).
Munir. (2001), Aplikasi Teknologi Multimedia dalam Proses BelajarMengajar. Bandung: Mimbar Pendidikan Volume 3 Tahun XX.
Munandar, U (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.Jakarta: Rineka Cipta.

Mustafa BAKAC, dkk. (2011). The Effect of Computer Assisted Intruction with Simulation in Science and Physics Activities on the Success of Student: Ellectric Current. Eurasian Journal Phys. Chem. Edu. Jan (Special Issue):34-42, 2011
Noah S. Podolefsky, dkk. (2010). Factor promoting engaged exploration with computer simulation.The American Physical Society-Physics Educ. Research. 6, 020117
Northcott, B., et all. (2009). ICT for Inspring Creative Thinking. Proceeding Ascilite Singapore.
Price, S., et all. (2009). Technology and embodiment: Relationship and implications for knowledge, Creativity and Communication. Beyond Current Horizon. Technology Children School and Famile. London Knowledge Lab.
Riyana, C. (2010). Teknologi Informasi Dan Komunikasi (Ict) Dalam Pendidikan. Makalah. Tidak diterbitkan.

Robertson, M., et all. (2007). Seven Step to ICT Integration. Australia: Acer Press
Ruseffendi (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit IKIP BANDUNG PRESS

Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Tomi Jaakkola. (2011). Teacher beliefs and their intention to use interactive simulations in their classroom. Journal of research in science teaching. Vol. 48 No.1
Uyanto, S. S. 2009. Pedoman Analisis Data dengan Menggunakan SPSSEdisi ke Tiga. Yogyakarta : Graha Ilmu 

Xiufeng Liu. (2006).Effects of Combined Hands-on Laboratory and Computer Modeling on Student Learning of Gas Laws  [online]. Journal of Science Education and Technology.


Ingin Mendownload klik disini http://jurnal.upi.edu/file/UAS-Artikel_Abdul_Hakim_1104512.docx.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar